Penyanyi dan pencipta lagu Adhitia Sofyan memulai karir musiknya di tahun 2008. Ia mulai menulis dan merekam lagu-lagunya di kamar tidur dan mulai mengirimkannya ke label-label rekaman indie di Jakarta. Lagu-lagunya seperti “Adelaide Sky” dan “Memilihmu” sempat masuk ke berbagai chart radio lokal, dan bahkan sempat merajai salah satu chart radio swasta di Jakarta. Panggilan musik terlalu kuat untuk ditampiknya, akhirnya Adhitia Sofyan memilih untuk mengejar karir musiknya dan meninggalkan pekerjaan formalnya sebagai co-owner virtual consulting, sebuah konsultan online marketing yang telah ia bangun bersama sang istri. Adhitia memutuskan untuk total menjadi seorang full time musician, dan menjadi pekerja paruh waktu di perusahaan yang ia rintis dulu. Adhitia dikenal sebagai musisi yang sering merilis albumnya secara digital dan membagikannya secara gratis via unduh. alasannya sederhana, “Gua nggak pernah bertujuan hidup dari musik, gua cuma mau musik gua didengar.” Tetapi ia juga membuat versi fisik (CD) dari album-albumnya agar para pendengarnya dapat memiliki bentuk fisik dari albumnya, dan baginya terasa lebih resmi. Setelah membuat sore hari orang banyak menjadi lebih indah melalui lagu-lagunya di album Quiet Down, Bedroom Recordings Vol 1, kini Adhitia Sofyan telah merilis CD album terbarunya Forget Your Plans, Bedroom Recordings Vol 2 via demajors. Simak wawancara RollingStone.co.id bersama Adhitia Sofyan di sebuah petang yang cerah di beranda Rolling Stone Cafe, Jakarta.
Album terbaru Anda, Forget Your Plans, apa arti dibalik judul tersebut?
Segala macam hal-hal yang gua temui di musik, seperti ”Adelaide Sky” masuk menjadi soundtrack film, sampai gua bisa main di Singapura, dari album Quiet Down yang hanya berupa file sampai menjadi sebuah rilisan fisik hingga perjalanan menuju album kedua ini. Perjalanan musik gua tuh sama sekali tidak ada plan-nya, makanya gua pilih judul album gua Forget Your Plans. Judul album pertama gua Quiet Down dan itu menggambarkan lagu-lagu didalamnya. Untuk album ini pun begitu, ada semacam benang merah, jadi untuk album ini Forget Your Plans, jadi ya udahlah nggak usah mikir, mempunyai makna ganda.
Disetiap album Anda ada titel Bedroom Recording Part 1 dan di Forget Your Plans ada juga Bedroom Recording Part 2 apa itu memang dikonsepkan?
Sementara iya, gua akan pertahankan konsep itu. Sebenernya nggak baru sih, tapi jarang orang yang memakai itu di album. Gua merekam semua lagu gua di kamar, jenis musiknya pun bedroom music. Gua juga benyanyi dengan soft dan nggak ada big band atau apapun itu. Kamar juga memberi keleluasaan untuk elo bekerja, gua bisa masuk kapanpun dan nggak ada batasan waktu atau apapun seperti di studio rekaman pada umumnya. Sedikit ada filosofinya juga mengenai bedroom, karena bedroom itu adalah sebuah tempat yang tidak formal, tempat untuk cerita, dan intimate.
Apa tema utama dari album Forget Your Plans ini?
Gua sebenarnya agak susah menjelaskan tema tentang album ini, mungkin kalau tema album pertama semua berbicara relationship. Tapi kalau di album ini mungkin agak sedikit beragam, seperti di lagu “Forget Jakarta” sebenarnya mau ceritain tentang Jakarta, love and hate towards Jakarta, tetapi dibungkus dengan suasana relationships, ada juga yang berbicara tentang cinta. “Into the Light” itu sebetulnya I wrote about death.
It was in my question list, so “Into the Light” is talking about death?
It is! Lagi-lagi gua menulis apa yang cocok di atas lagu yang sudah gua ciptakan, karena nuansa lagu akan terbaca akan menjadi lagu romantis atau menyenangkankah. Tetapi lagu ini (“Into the Light”) menunjukkan nuansa yang eerie. Karena gua Muslim, gua menuliskan kematian secara Islam, ada di bagian “Into the Light” yang berbunyi “Into the light, this chapter ends, two men will come, tell them no lie.”
Two men maksudnya merujuk kepada malaikat?
Exactly! It’s Munkar and Nakir, dimana elo tidak bisa bohong. Setelah mati kita akan bangun lagi, kita akan diminta pertanggung jawaban tentang dosa kita, dan itu ada di dalam lagu “Into the Light.”
Album Forget Your Plans ini bisa dibilang cukup gelap jika dibandingkan album Anda sebelumnya...
Ya bener. Gua emang punya intention kearah situ, sebenernya nggak direncanain sih, but I’m glad I’m doing it. Yang dengerin juga mungkin agak berbeda ya untuk album ini. Ada juga lagu “Bandage” yang menceritakan cinta seperti Romeo and Juliet, cinta yang terlalu obsesif. Di lagu itu ada bait, “you and I bandaged hand in hand, then we jump from the bridge up the hill” dan lucunya gua bikin lagu itu pas lagi banyak orang bunuh diri di mall, kadang gua mikir “am I supposed to write this” nanti orang terinspirasi untuk bunuh diri lagi (tertawa).
Kabarnya di album ini lebih banyak instrumen-instrumen tambahan yang menjadi ornamen khusus di bagian strings-nya?
Iya, ceritanya waktu itu gua ketemu mas David Karto dari demajors, dan ada masukan untuk membuat musik gua agak berbeda. Dia bilang, “Musik lo terlalu sama, Dhit. Coba rework lagi deh.” Mungkin maksud dia musik gua terlalu monoton dan takutnya orang bosen. Solusi gua seperti apa, terserah gua. Jadi the best I could do at the time adalah menambah ornamen-ornamen biar lebih ramai seperti pianika, xilophone, electric guitar, dan strings.
Bukannya ada sedikit loops di belakang?
(tertawa) Itu gua bikin sendiri makanya rada sedikit berantakan temponya.
Desain artwork untuk Forget Your Plans ini siapa yang membuat?
Ini karya dari Dewiyanti Jusup. Gua suruh dia dengerin album ini dan dia menginterpretasikan lagu-lagu gua menjadi sebuah gambar.
Harapan dari album Forget Your Plans ini?
Agak susah ya, it’s a bit tricky karena umur album ini cukup panjang ya. Kayaknya karena gua udah pernah merasakan mempunyai album download dan fisik. Album fisik rasanya lebih resmi aja dan gua berharap lebih banyak orang-orang baru yang mau mendengarkan. I hope it finds new audience and fall in love with the music.
Kalau Anda diminta memilih lagu yang Anda paling suka dari album ini, lagu apa yang Anda pilih?
Gue suka “Forget Jakarta,” I guess it’s personal for us karena kita tinggal di Jakarta. Satu lagi “After The Rain,” lagunya simple, so I think I would choose between those two.
Setelah album ini apa rencana ke depan Adhitia Sofyan?
PR masih banyak sih. In term of records udah pasti ya, tapi album ketiga itu sangat tricky, kayak Anda di judge di album ketiga. Di album ketiga gua merasa bisa meminta input kepada rekan musisi dan para pendangar gua, walaupun nanti gua akan tetapi revisi agar musik gua tetap konsisten. Yang jelas gitar akustik yang kental tetap harus ada karena itu karakter gua, mungkin juga akan ada kolaborasi dan PR-nya semua musisi independen untuk tetap eksis di musik dan mempunyai pegangan. Gitu aja sih kira-kira.
0 komentar:
Posting Komentar