Selasa, 30 Agustus 2011

PERJALANAN ADDEI MS, SANG MAESTRO

Keinginan Addie Muljadi Sumaatmadja untuk jadi musisi sempat membuat keluarganya ragu. Maklum, putra ketiga dari delapan bersaudara ini memilih profesi yang melenceng dari saudara-saudaranya yang profesinya ‘normal’ macam arsitek dan dokter. Maka, demi menunjukkan bahwa musik sanggup menghidupinya, pria kelahiran 7 Oktober 1959 itu membuat penawaran kepada orangtua-nya. Setelah lulus SMA di tahun ‘79, dia tak lagi meminta uang kepada orangtua, hanya menumpang makan dan tidur di rumah mereka. “Insya Allah nggak jadi gembel. Memang nggak akan jadi konglomerat, tapi nggak jadi gembel kok,” kata Addie waktu itu kepada orangtuanya. Keberanian Addie bukan semata-mata nekad tanpa perhitungan. Di era itu, dia sudah dipercaya membuat aransemen album Nuansa Bening milik Keenan Nasution. Perkenalannya dengan Keenan Nasution dan para musisi dari Gank Pegangsaan dimulai ketika Addie masih menjadi siswa SMAN 3 Jakarta. Sekolahnya sering mengadakan perlombaan di mana almarhum Chrisye dan Keenan Nasution jadi juri sehingga akhirnya Addie bisa berkenalan dengan anak-anak Gank Pegangsaan dan nongkrong di sana. Di saat yang bersamaan, Addie juga nong-krong di radio Prambors hingga sering diajak tampil dalam acara mereka. Bersama Ikang Fawzy (vokal) dan Raidy Noor (gitar/bas), Addie memainkan keyboard membawakan lagu-lagu rock dan mereka menamakan dirinya dengan AIR yang merupakan akronim nama-nama mereka. Kedekatannya dengan Prambors dan Gank Pegangsaan mengantarkan Addie MS ke industri musik hingga akhirnya dia mengalami beberapa momen penting yang membuatnya bisa membuktikan pada keluarga dan masyarakat bahwa musik bisa menghidupinya. Pada tahun ’79, Addie dipercaya menata musik untuk album Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors (LCLR). Di era yang sama Addie juga menata musik untuk album Nuansa Bening Keenan Nasution yang kemudian sukses di pasaran. Lantas, pada tahun ’82 ketika Addie MS menggarap album Citra Pesona milik Vina Panduwinata dia mengajukan satu penawaran untuk memasukkan unsur orkestra ke dalam albumnya. Demi mewujudkan keinginannya, Addie rela tak dibayar sepeser pun untuk album itu—honor Addie dipakai semuanya untuk membiayai produksi di Filipina di mana dia merekam orkestra. Tak dinyana, album itu meledak di pasaran. Padahal, kata Addie, TVRI sedang gencar memutar lagu-lagu pop dari Rinto Harahap dan Pance Pondaag yang secara musik tak serumit album Vina. Momen penting terakhir, tahun ’83 ketika Titik Hamzah—pemain bas Dara Puspita—memintanya membuat aransemen untuk lagu ciptaannya, “Sayang”, yang diikutsertakan dalam Festival Internacional de La Cancion di Vina del Mar, Chili. Ternyata, Titik Hamzah tak hanya meminta Addie untuk membuat aransemen tapi memintanya untuk menjadi konduktor di festival itu. Titik tak akan menyertakan lagu itu jika Addie tak mau mengabulkan permintaannya jadi konduktor. Tak ingin kerja kerasnya membuat aransemen jadi sia-sia, Addie menyatakan kesediaannya jadi konduktor. Hasilnya: lagu “Sayang” menempati urutan kedua dan penyanyinya, Hetty Koes Endang terpilih sebagai penampil terbaik.

“Begitu dengar pengumuman lagu itu juara, tiba-tiba kepikiran, ah iya, masa depan gue di musik saja. Jadi itu titik balik yang menentukan. Sebelumnya masih ragu-ragu. Akhirnya gue telepon teman-teman kuliah, eh gua nggak bakal lihat elo lagi, gua bakal di musik saja,” kata Addie seraya tersenyum.

Senin (8/8) pagi di kawasan Pondok Labu, Jakarta Selatan, tiga dekade setelah Addie MS berkata pada orangtuanya bisa hidup di musik, saya mengunjungi kediamannya. Dia membuktikan ucapannya. Dilihat dari rumahnya yang besar—lengkap dengan kolam renang di halaman belakang—Addie MS tak bisa dibilang gembel. Tak semewah rumah konglomerat memang, tapi jauh sekali dari definisi gembel. Meski sempat ada masanya ia meminjam uang dari orang-orang ketika sedang bokek (terlalu gengsi untuk meminjam pada orangtua), Addie MS kini telah mapan sebagai musisi. Selain banyak membuat aransemen untuk album pop yang meledak (dia terlibat di album dari para penyanyi, di antaranya Chrisye, Utha Likumahuwa, Harvey Malaiholo, hingga Krisdayanti), secara finansial Addie MS mendapat banyak rezeki dari membuat jingle iklan. Rezeki itu dipakainya untuk jalan-jalan ke luar negeri, membeli banyak buku, menonton berbagai pertunjukan musik, balet, hingga opera—ini dilakukan hingga tahun-tahun awal pernikahannya dengan Memes.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Widyaswara | Jl.Kalidami viii/25 Surabaya 60285 Tel.0315926865, 082330152646 - Media Music Online | Surabaya