Rabu, 27 April 2011

FRANGKY SAHILATUA, MUSISI KEBANGGAAN INDONESIA

“Tidak ada musisi yang seperti dia”. Kalimat itulah yang keluar dari mulut pengamat musik Indonesia Bens Leo dan penyanyi Dik Doank, terkait dengan berpulangnya Franky Sahilatua, pada Rabu (20/4) sore, di Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Kepergian penyanyi balada ini, jelas menimbulkan perasaan kehilangan di sejumlah musisi, penggemar, keluarga, kerabat, serta masyarakat pecinta musik Indonesia. Sosok Franky, menurut Bens Leo dan Dik Doank, tidak tergantikan. Franky memiliki konsistensi yang tinggi pada dunia musik balada. Meskipun diterpa banyak tren musik, sejak tahun 1985-2011, Franky teguh berjalan di jalur pop balada.

“Dia (almarhum Franky), adalah sosok langka. Ia konsisten pada genrenya. Di ranah musik, hanya ada segelintir orang saja yang seperti Franky. Kelebihan Franky, adalah mampu membuat lagu layaknya sebuah cerita. Lirik yang ia ciptakan juga mudah dicerna, karena berkaitan dengan alam, kondisi sosial, dan jeritan hati rakyat kecil,” kata Bens Leo, saat dihubungi SP.

Kepergian pria bernama lengkap Franky Hubert Sahilatua ini dikarenakan sakit kanker sumsum tulang belakang. Kabarnya, Franky sudah menderita kanker sejak Agustus 2010. Akibat penyakitnya itu, Franky sempat menjalani perawatan medis di Singapura. Diperkirakan, Franky berada di Singapura selama tujuh bulan. Demi mendukung biaya pengobatan Franky di Singapura, beberapa rekan musisi dan masyarakat yang peduli pada seni musik, menggalang dana untuk membantu Franky.

Lewat ajang pengumpulan dana, ratusan juta terkumpul. Dana tersebut dipakai untuk menambah biaya pengobatan Franky melawan kanker sumsum tulang belakang. Pada Februari 2011, kondisi badan Franky sempat membaik. Bahkan, keluarga berani membawa Franky kembali ke Jakarta.

Sayangnya, tidak lama setelah sampai di Jakarta, kaki Franky justru lumpuh. Terpaksa, keluarga membawa Franky berobat. Namun kali ini pengobatan yang dipakai lebih alami, yakni dengan pengobatan herbal. Pada 16 April 2011, kondisi Franky kembali memburuk. Pihak keluarga membawanya ke Rumah Sakit Medika Permata Hijau. Ia masuk ruang ICU, dan tidak sadarkan diri selama tiga hari.

Sampai Selasa (19/4), kondisi Franky belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Beberapa anggota tubuh Franky masih bisa merespon, tetapi ia tidak bisa bicara. Sampai akhirnya, pukul 05.00 WIB, Rabu (20/4), kesadaran Franky menurun drastis, hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhir.

“Saya sempat dengar kondisi Franky membaik. Tapi Tuhan berkehendak lain. Tuhan sangat sayang pada Franky, sehingga Ia memanggil Franky ke sisi-Nya,” lontar Bens Leo.

Ditambahkan Bens, Franky adalah sosok pekerja keras yang pantang menyerah. Ia tidak peduli pada penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Terbukti di kala sakit, Franky sempat membuat empat lagu terbaru. Bahkan, ada yang mengatakan, kondisi Franky yang kian memburuk, dikarenakan fisiknya kelelahan membuat karya baru.

Sementara Dik Doank, saat ditemui SP, di tempat terpisah menuturkan, Franky adalah panutan yang tidak ada duanya. Semangat dan kreativitas Franky dalam pop balada menjadi contoh bagi musisi muda. Menurut Dik Doank, Franky ibarat air yang bisa masuk ke mana saja. Franky tidak segan-segan berbaur dan melebur dengan teman-teman senior maupun junior.

“Saya pernah bekerja sama dengan Franky. Dulu, saya sempat mendesain cover album Franky. Judul albumnya saya lupa, tetapi gambar yang saya ingat yakni Franky dan ilalang,” kisahnya.

Sosok Franky dalam dunia musik mulai dikenal sejak paruh kedua dekade 1970-an. Saat itu ia berduet bersama adiknya, Jane Sahilatua, dengan nama Franky & Jane. Duet itu sempat menghasilkan lima belas album, di bawah label Jackson Record. Ciri khas lirik lagu karya Franky pada masa Franky & Jane, cenderung pada pemujaan alam.

Semisal pada lagu Musim Bunga dan Kepada Angin dan Burung. Namun, seperti kebanyakan penulis lagu balada lain, Franky gemar bercerita mengenai kehidupan orang sehari-hari, seperti di lagu Perjalanan atau Bis Kota. Franky juga pernah menulis dan menyanyikan lagu-lagu soundtrack untuk film Ali Topan. Sejak tahun 1990-an hingga 2011, Franky banyak terlibat dalam aksi-aksi panggung bertema sosial dan nasionalisme. Ia aktif terlibat dalam masa peralihan politik dari Orde Baru menuju Reformasi, penentangan RUU APP, serta gerakan anti globalisasi.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Widyaswara | Jl.Kalidami viii/25 Surabaya 60285 Tel.0315926865, 082330152646 - Media Music Online | Surabaya